Di Indonesia, 1990, urutan ke-6.
Urutan ke-7 di antara kanker yang terdapat pada wanita di dunia. Di Indonesia ke-3.
Angka kematian karena keganasan pada wanita : kanker ovarium urutan kedua setelah kanker serviks.
Bila ditemukan stadium I : five-year-survival rate 72.8%. Bila proses masih terbatas di dalam panggul, 95%. Bila ditemukan pada stadium lanjut : 8%.
Banyak masalah juga, misalnya di RSCM :
- 85% kasus rujukan
- 36% datang pada stadium III - IV
- 37% penatalaksanaan tidak dapat optimal
Ternyata, indung telur (ovarium) seorang wanita pun tidak luput dari serangan kanker. Tumor ganas yang tumbuh dalam organ reproduksi ini kita kenal dengan sebutan kanker indung telur. Meski lebih sering diderita oleh para wanita yang berusia lebih dari 50, kanker ini sebenarnya dapat menyerang wanita dari kelompok usia yang lebih muda.
Berdasarkan jenis sel yang membentuknya, kanker indung telur dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: kanker epitelial, kanker sel germinal, dan kanker stromal. Kanker epitelial ialah kanker indung telur yang bermula di permukaan ovarium dan merupakan jenis yang paling lazim ditemukan. Sedangkan kedua jenis yang lainnya lebih jarang ditemukan.
Bagaimana tanda dan gejalanya?
-Berhubung tanda dan gejalanya yang tidak jelas, kanker indung telur sering kali baru terdiagnosa pada stadium yang lebih lanjut dimana massa tumor sudah mulai menekan organ-organ di sekitarnya. -Namun, tanda dan gejala kanker indung telur dapat berupa:
-Rasa tidak enak di perut.
-Gangguan saluran cerna yang terus-menerus, seperti diare, kembung, atau sembelit.
-Rasa nyeri dan berat di rongga panggul.
-Peningkatan atau penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya.
-Pembengkakan perut yang tidak nyeri.
-Perdarahan melalui vagina yang tidak lazim.
-Mual-mual.
-Kehilangan nafsu makan.
-Sering buang air kecil.
-Sesak napas.
-Demam.
-Nyeri saat berhubungan intim.
Bagaimana kanker ini bisa timbul?
Ketika sel-sel telur menembus selubung ovarium pada saat ovulasi, selubung tersebut mengalami sedikit kerusakan –kadang-kadang bahkan sampai terjadi sedikit perdarahan. Kemudian sel-sel baru tumbuh untuk menggantikan sel-sel yang telah rusak.
Kadang-kadang, sebuah sel abnormal tercipta dan sel itu pada akhirnya dapat menjadi sebuah sel kanker yang ganas. Namun, para ahli masih belum mampu memastikan faktor apa yang memicu tumbuhnya sel-sel abnormal ini.
Sel-sel kanker dapat tumbuh keluar dari ovarium serta menyebar ke berbagai jaringan dan organ di dekatnya. Bila kanker indung telur yang diderita oleh seorang wanita mulai mengalami penyebaran, maka ia cenderung untuk menyebar ke peritoneum (selaput dinding perut) dan diafragma (sekat rongga badan).
Terkadang, sel-sel kanker juga dapat menyebar melalui pembuluh darah atau pembuluh getah bening. Apabila keadaan ini terjadi, maka sel-sel kanker dapat menyebar dan tumbuh sebagai jaringan-jaringan tumor baru di berbagai bagian tubuh yang lain.
Karena letaknya dalam panggul : gejala awal jarang ditemukan.
Sering ditemukan pada usia pasca-menopause, 80% kasus berusia di atas 50 tahun. Insidens tertinggi usia 60-65 tahun. Jenis yang sering : jenis karsinoma sel epitelial.
Pada usia muda ada juga ditemukan : jenis karsinoma sel germinal.
Perkiraan penyebab kanker ovarium :
- ovulasi terus menerus : akibat seringnya trauma pada ovarium pada setiap ovulasi. Pemberian pil KB atau banyak anak menjadi "istirahat", dapat melindungi ovarium dari risiko keganasan ini. Tapi teori ini tidak dapat menjelaskan faktor usia lanjut / postmenopause, atau insidens yang rendah pada wanita Jepang yang jarang memakai pil KB.
- benda asing : kontaminasi permukaan ovarium oleh bahan-bahan yang mengalir dari tuba, misalnya darah / jaringan menstruasi, bedak / obat2an dan sebagainya.
- hipergonadotropik-hipogonadisme : gonadotropin meningkat bila ovarium tidak dapat mengontrol balik hipofisis (gangguan feedback mechanism). Kegagalan ovarium ini menyebabkan hipogonadisme. Dapat terjadi misalnya karena defisiensi oosit secara kongenital, infeksi virus, galaktosemia, karena radiasi, atau karena toksin hidrokarbon polisiklik akibat rokok, kafein, dan oksidan lainnya. Wanita yang infertil karena hipogonadisme termasuk kelompok risiko tinggi. Kehamilan dan pemakaian pil-KB mempunyai efek protektif,karena dapat mengubah sekresi hormon tropik ini.
- genetik : perubahan / gangguan pada gen yang diturunkan. Faktor risiko meningkat sampai 11 kali pada wanita dengan riwayat kanker ovarium dalam keluarga (sindroma famili).
Sindroma famili kanker ovarium (sindroma kanker ovarium herediter) :
- kanker ovarium pada usia 20-30 tahun (site-specific familial ovarian cancer syndrome)
- sindroma kanker ovarium/payudara pada usia 20-30 tahun (breast/ovarian familial cancer syndrome)
- riwayat kanker kolorektal pada keluarga pria, dan/atau kanker ovarium / endometrium / payudara pada keluarga wanita (Lynch II syndrome).
Jadi, apa saja faktor risikonya?
Para ahli telah menemukan sederetan faktor spesifik yang dapat meningkatkan risiko seorang wanita mengidap kanker indung telur jenis epitelial. Faktor-faktor tersebut diantaranya:
-Usia: Sebagian besar kanker indung telur mulai berkembang setelah seorang wanita memasuki masa menopause. Lebih kurang setengah dari kasus kanker indung telur ditemukan pada wanita-wanita yang telah berusia lebih dari 65.
- Riwayat reproduksi: Para wanita yang mulai datang bulan sebelum usia 12, tidak memiliki anak atau memilikinya setelah usia 30, dan/atau mengalami menopause setelah usia 50, kemungkinan memiliki risiko mengidap kanker indung telur yang lebih besar.
-Penggunaan obat-obat kesuburan: Setelah melakukan serangkaian penelitian, para ahli menemukan bahwa penggunaan obat-obat kesuburan dalam waktu lama dapat meningkatkan kemungkinan timbulnya kanker indung telur. Apalagi bila pemakainya tidak pernah berhasil mencapai kehamilan.
-Riwayat kanker indung telur dalam keluarga: Risiko mengidap kanker indung telur para wanita dapat meningkat bila ada anggota keluarga mereka yang mengidap kanker tersebut. Sekitar 10 persen kasus memiliki riwayat kanker indung telur dalam keluarga.
-Riwayat kanker payudara: Para wanita yang pernah mengidap kanker payudara ternyata memiliki risiko yang lebih besar juga untuk mengidap kanker indung telur.
Kesulitan untuk melakukan deteksi dini
Para wanita dan dokter boleh dikatakan 'buta' ketika berbicara mengenai pemeriksaan dan deteksi dini. Pada saat ini masih belum ada jenis pemeriksaan dan metode deteksi terbaik untuk kanker ovarium. Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah menyarankan agar para wanita melakukan pemeriksaan fisik dan panggul secara rutin setiap tahun. Selama suatu pemeriksaan panggul, dokter akan menilai keadaan kedua indung telur dan rahim untuk mengetahui ukuran, bentuk, dan konsistensinya. Para dokter mungkin akan merekomendasikan pemeriksaan USG transvagina bagi para wanita yang berisiko tinggi. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan sebuah instrumen lewat vagina dan hasilnya ternyata cukup dapat diandalkan. Para dokter mungkin juga akan melakukan suatu tes darah CA-125 bagi mereka yang berisiko tinggi. CA-125 merupakan suatu senjata yang cukup ampuh untuk memonitor apakah kanker indung telur yang telah diobati mulai kambuh kembali. Namun hasil-hasilnya sebagai sebuah alat pemeriksaan awal seringkali keliru dan menyesatkan
Dengan pemeriksaan pelvik, rektovaginal.
Jika ada tumor / massa di daerah pelvis wanita, pikirkan kemungkinan ganas dulu !!
Kemungkinan massa pelvis adalah kanker ovarium :
- jika ukuran diameter kurang dari 5 cm, kemungkinan 3%.
- jika ukuran diameter antara 5-10 cm, kemungkinan 19%.
- jika ukuran diameter lebih dari 10 cm, kemungkinan 97%.
Berdasarkan jenis sel yang membentuknya, kanker indung telur dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: kanker epitelial, kanker sel germinal, dan kanker stromal. Kanker epitelial ialah kanker indung telur yang bermula di permukaan ovarium dan merupakan jenis yang paling lazim ditemukan. Sedangkan kedua jenis yang lainnya lebih jarang ditemukan.
Bagaimana tanda dan gejalanya?
-Berhubung tanda dan gejalanya yang tidak jelas, kanker indung telur sering kali baru terdiagnosa pada stadium yang lebih lanjut dimana massa tumor sudah mulai menekan organ-organ di sekitarnya. -Namun, tanda dan gejala kanker indung telur dapat berupa:
-Rasa tidak enak di perut.
-Gangguan saluran cerna yang terus-menerus, seperti diare, kembung, atau sembelit.
-Rasa nyeri dan berat di rongga panggul.
-Peningkatan atau penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya.
-Pembengkakan perut yang tidak nyeri.
-Perdarahan melalui vagina yang tidak lazim.
-Mual-mual.
-Kehilangan nafsu makan.
-Sering buang air kecil.
-Sesak napas.
-Demam.
-Nyeri saat berhubungan intim.
Bagaimana kanker ini bisa timbul?
Ketika sel-sel telur menembus selubung ovarium pada saat ovulasi, selubung tersebut mengalami sedikit kerusakan –kadang-kadang bahkan sampai terjadi sedikit perdarahan. Kemudian sel-sel baru tumbuh untuk menggantikan sel-sel yang telah rusak.
Kadang-kadang, sebuah sel abnormal tercipta dan sel itu pada akhirnya dapat menjadi sebuah sel kanker yang ganas. Namun, para ahli masih belum mampu memastikan faktor apa yang memicu tumbuhnya sel-sel abnormal ini.
Sel-sel kanker dapat tumbuh keluar dari ovarium serta menyebar ke berbagai jaringan dan organ di dekatnya. Bila kanker indung telur yang diderita oleh seorang wanita mulai mengalami penyebaran, maka ia cenderung untuk menyebar ke peritoneum (selaput dinding perut) dan diafragma (sekat rongga badan).
Terkadang, sel-sel kanker juga dapat menyebar melalui pembuluh darah atau pembuluh getah bening. Apabila keadaan ini terjadi, maka sel-sel kanker dapat menyebar dan tumbuh sebagai jaringan-jaringan tumor baru di berbagai bagian tubuh yang lain.
Karena letaknya dalam panggul : gejala awal jarang ditemukan.
Sering ditemukan pada usia pasca-menopause, 80% kasus berusia di atas 50 tahun. Insidens tertinggi usia 60-65 tahun. Jenis yang sering : jenis karsinoma sel epitelial.
Pada usia muda ada juga ditemukan : jenis karsinoma sel germinal.
Perkiraan penyebab kanker ovarium :
- ovulasi terus menerus : akibat seringnya trauma pada ovarium pada setiap ovulasi. Pemberian pil KB atau banyak anak menjadi "istirahat", dapat melindungi ovarium dari risiko keganasan ini. Tapi teori ini tidak dapat menjelaskan faktor usia lanjut / postmenopause, atau insidens yang rendah pada wanita Jepang yang jarang memakai pil KB.
- benda asing : kontaminasi permukaan ovarium oleh bahan-bahan yang mengalir dari tuba, misalnya darah / jaringan menstruasi, bedak / obat2an dan sebagainya.
- hipergonadotropik-hipogonadisme : gonadotropin meningkat bila ovarium tidak dapat mengontrol balik hipofisis (gangguan feedback mechanism). Kegagalan ovarium ini menyebabkan hipogonadisme. Dapat terjadi misalnya karena defisiensi oosit secara kongenital, infeksi virus, galaktosemia, karena radiasi, atau karena toksin hidrokarbon polisiklik akibat rokok, kafein, dan oksidan lainnya. Wanita yang infertil karena hipogonadisme termasuk kelompok risiko tinggi. Kehamilan dan pemakaian pil-KB mempunyai efek protektif,karena dapat mengubah sekresi hormon tropik ini.
- genetik : perubahan / gangguan pada gen yang diturunkan. Faktor risiko meningkat sampai 11 kali pada wanita dengan riwayat kanker ovarium dalam keluarga (sindroma famili).
Sindroma famili kanker ovarium (sindroma kanker ovarium herediter) :
- kanker ovarium pada usia 20-30 tahun (site-specific familial ovarian cancer syndrome)
- sindroma kanker ovarium/payudara pada usia 20-30 tahun (breast/ovarian familial cancer syndrome)
- riwayat kanker kolorektal pada keluarga pria, dan/atau kanker ovarium / endometrium / payudara pada keluarga wanita (Lynch II syndrome).
Jadi, apa saja faktor risikonya?
Para ahli telah menemukan sederetan faktor spesifik yang dapat meningkatkan risiko seorang wanita mengidap kanker indung telur jenis epitelial. Faktor-faktor tersebut diantaranya:
-Usia: Sebagian besar kanker indung telur mulai berkembang setelah seorang wanita memasuki masa menopause. Lebih kurang setengah dari kasus kanker indung telur ditemukan pada wanita-wanita yang telah berusia lebih dari 65.
- Riwayat reproduksi: Para wanita yang mulai datang bulan sebelum usia 12, tidak memiliki anak atau memilikinya setelah usia 30, dan/atau mengalami menopause setelah usia 50, kemungkinan memiliki risiko mengidap kanker indung telur yang lebih besar.
-Penggunaan obat-obat kesuburan: Setelah melakukan serangkaian penelitian, para ahli menemukan bahwa penggunaan obat-obat kesuburan dalam waktu lama dapat meningkatkan kemungkinan timbulnya kanker indung telur. Apalagi bila pemakainya tidak pernah berhasil mencapai kehamilan.
-Riwayat kanker indung telur dalam keluarga: Risiko mengidap kanker indung telur para wanita dapat meningkat bila ada anggota keluarga mereka yang mengidap kanker tersebut. Sekitar 10 persen kasus memiliki riwayat kanker indung telur dalam keluarga.
-Riwayat kanker payudara: Para wanita yang pernah mengidap kanker payudara ternyata memiliki risiko yang lebih besar juga untuk mengidap kanker indung telur.
Kesulitan untuk melakukan deteksi dini
Para wanita dan dokter boleh dikatakan 'buta' ketika berbicara mengenai pemeriksaan dan deteksi dini. Pada saat ini masih belum ada jenis pemeriksaan dan metode deteksi terbaik untuk kanker ovarium. Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah menyarankan agar para wanita melakukan pemeriksaan fisik dan panggul secara rutin setiap tahun. Selama suatu pemeriksaan panggul, dokter akan menilai keadaan kedua indung telur dan rahim untuk mengetahui ukuran, bentuk, dan konsistensinya. Para dokter mungkin akan merekomendasikan pemeriksaan USG transvagina bagi para wanita yang berisiko tinggi. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan sebuah instrumen lewat vagina dan hasilnya ternyata cukup dapat diandalkan. Para dokter mungkin juga akan melakukan suatu tes darah CA-125 bagi mereka yang berisiko tinggi. CA-125 merupakan suatu senjata yang cukup ampuh untuk memonitor apakah kanker indung telur yang telah diobati mulai kambuh kembali. Namun hasil-hasilnya sebagai sebuah alat pemeriksaan awal seringkali keliru dan menyesatkan
Dengan pemeriksaan pelvik, rektovaginal.
Jika ada tumor / massa di daerah pelvis wanita, pikirkan kemungkinan ganas dulu !!
Kemungkinan massa pelvis adalah kanker ovarium :
- jika ukuran diameter kurang dari 5 cm, kemungkinan 3%.
- jika ukuran diameter antara 5-10 cm, kemungkinan 19%.
- jika ukuran diameter lebih dari 10 cm, kemungkinan 97%.
Pemeriksaan ultrasonografi (transvaginal), Color Doppler Duplex / Triplex.
Tumor marker : BRCA I, kromosom 19q21, Ca125, Ca72-4, Ca19-9, AFP
Tumor marker adalah bahan yang dilepaskan sel tumor ke darah / cairan tubuh dalam bentuk, konsentrasi dan jumlah yang berbeda dari normal.
Sifat ideal tumor marker : spesifik dari tumor ganas, jumlah cukup, dapat diukur dengan tepat, mudah dideteksi pada kelainan / pertumbuhan dini.
BRCA : gen prekursor terjadinya kanker ovarium / payudara / kolorektal / endometrium
Bentuk lesi yang dicurigai sebagai keadaan prakanker yang terdapat di permukaan ovarium yang menderita kanker, belum dapat dibuktikan (Plaxale). Sehingga metode skrining yang efektif pun belum dapat ditemukan. Lesi itu mungkin suatu bentuk prakanker, tapi mungkin juga merupakan kelainan lanjut akibat proses kankernya. Jika dapat dibuktikan bahwa lesi tersebut mendahului kanker dan kemudian berkembang menjadi invasif, maka hal itu dapat dijadikan dasar untuk deteksi dini kanker ovarium.
Faktor prognostik pada deteksi dini (FIGO) : stadium dan derajat diferensiasi
- risiko rendah : stadium 1a, 1b, diferensiasi rendah atau sedang, DNA diploid - 5 year survival rate 50-95%.
- risiko tinggi : stadium 1a, 1b, diferensiasi buruk, DNA aneuploid - 5 year survival rate 30-80%
- good prognosis : jenis mucinosum, serosum, endometroid
- bad prognosis : jenis mixed cell, clear cell
Terapi
- operasi : pengangkatan tumor
- kemoterapi : Taxol (tamoxifen), Cis-platin
- kombinasi operasi dengan kemoterapi pascabedah.
Kontroversi karsinoma ovarium stadium awal : ingin mempertahankan fertilitas ?
- dilakukan bedah konservatif bila usia muda, borderline, diferensiasi baik
- bila risiko tinggi, tidak dilakukan bedah konservatif
- anjuran laparoskopi minimal 1 kali tiap tahun
Tujuan pembedahan primer pada stadium lanjut : diagnostik, surgical staging, maximum cytoreductive surgery. JIKA ada metastasis hati / efusi pleura, BUKAN kandidat untuk bedah. Sebaiknya kemoterapi adjuvan saja.
"Cytoreductive surgery" primer : gold standard terapi pada karsinoma ovarium lanjut.
- residu tumor harus kurang dari 2 cm
- bila residu tumor masih lebih dari 2 cm, dilakukan reseksi luas, bila perlu reseksi juga organ-organ sekitarnya (rektum, usus)
- termasuk limfadenektomi pelvis dan paraaorta
- 5 year survival rate 13-93%
"Interval cytoreductive surgery" pertimbangan kemoterapi neoadjuvan pra bedah, jika ada metastasis hepar dan kondisi ko-morbid (penyakit penyerta lain).
Usia lanjut BUKAN kontraindikasi bedah radikal.
"Second look laparatomia" : menilai keberhasilan terapi sebelumnya. Gold standard untuk menilai apakah tumor negatif atau persisten.
"Secondary cytoreductive surgery" : jika ada residif, dilakukan lagi operasi. Syarat harus ada disease-free interval minimal 12 bulan.
Tumor marker : BRCA I, kromosom 19q21, Ca125, Ca72-4, Ca19-9, AFP
Tumor marker adalah bahan yang dilepaskan sel tumor ke darah / cairan tubuh dalam bentuk, konsentrasi dan jumlah yang berbeda dari normal.
Sifat ideal tumor marker : spesifik dari tumor ganas, jumlah cukup, dapat diukur dengan tepat, mudah dideteksi pada kelainan / pertumbuhan dini.
BRCA : gen prekursor terjadinya kanker ovarium / payudara / kolorektal / endometrium
Bentuk lesi yang dicurigai sebagai keadaan prakanker yang terdapat di permukaan ovarium yang menderita kanker, belum dapat dibuktikan (Plaxale). Sehingga metode skrining yang efektif pun belum dapat ditemukan. Lesi itu mungkin suatu bentuk prakanker, tapi mungkin juga merupakan kelainan lanjut akibat proses kankernya. Jika dapat dibuktikan bahwa lesi tersebut mendahului kanker dan kemudian berkembang menjadi invasif, maka hal itu dapat dijadikan dasar untuk deteksi dini kanker ovarium.
Faktor prognostik pada deteksi dini (FIGO) : stadium dan derajat diferensiasi
- risiko rendah : stadium 1a, 1b, diferensiasi rendah atau sedang, DNA diploid - 5 year survival rate 50-95%.
- risiko tinggi : stadium 1a, 1b, diferensiasi buruk, DNA aneuploid - 5 year survival rate 30-80%
- good prognosis : jenis mucinosum, serosum, endometroid
- bad prognosis : jenis mixed cell, clear cell
Terapi
- operasi : pengangkatan tumor
- kemoterapi : Taxol (tamoxifen), Cis-platin
- kombinasi operasi dengan kemoterapi pascabedah.
Kontroversi karsinoma ovarium stadium awal : ingin mempertahankan fertilitas ?
- dilakukan bedah konservatif bila usia muda, borderline, diferensiasi baik
- bila risiko tinggi, tidak dilakukan bedah konservatif
- anjuran laparoskopi minimal 1 kali tiap tahun
Tujuan pembedahan primer pada stadium lanjut : diagnostik, surgical staging, maximum cytoreductive surgery. JIKA ada metastasis hati / efusi pleura, BUKAN kandidat untuk bedah. Sebaiknya kemoterapi adjuvan saja.
"Cytoreductive surgery" primer : gold standard terapi pada karsinoma ovarium lanjut.
- residu tumor harus kurang dari 2 cm
- bila residu tumor masih lebih dari 2 cm, dilakukan reseksi luas, bila perlu reseksi juga organ-organ sekitarnya (rektum, usus)
- termasuk limfadenektomi pelvis dan paraaorta
- 5 year survival rate 13-93%
"Interval cytoreductive surgery" pertimbangan kemoterapi neoadjuvan pra bedah, jika ada metastasis hepar dan kondisi ko-morbid (penyakit penyerta lain).
Usia lanjut BUKAN kontraindikasi bedah radikal.
"Second look laparatomia" : menilai keberhasilan terapi sebelumnya. Gold standard untuk menilai apakah tumor negatif atau persisten.
"Secondary cytoreductive surgery" : jika ada residif, dilakukan lagi operasi. Syarat harus ada disease-free interval minimal 12 bulan.
No comments:
Post a Comment